
Ingin Berangkat Umroh New Normal? syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Calon Jamaah Umroh New Normal
Informasi yang tertera di bawah ini sesuai dengan kondisi saat artikel dipublikasikan.
“Sejak dibukanya kembali Masjidil Haram untuk Ibadah Umroh, banyak jamaah ingin merasakan sensasi berumroh di era new normal. Bagaimana tidak?apabila biasanya jamaah harus berdesak-desakan saat thawaf-Sa’I maupun di Raudhah maka pada saat umroh new normal ini kondisinya sangat nyaman-sepi dan jamaah bisa khusyu dalam beribadah.” kata Pak Her Suprabu
Persyaratan Umroh New Normal
Menurut Pak Her Suprabu, pimpinan Dewangga Lil Hajj Wal Umroh yang telah berangkat bulan November 2020 lalu pendaftaran umroh new normal ini sejatinya tidak jauh berbeda dengan biasanya. Calon jamaah memilih dan melakukan pembayaran untuk paket Umrohnya. Kemudian apabila memenuhi persyaratan seperti batasan umur yang diperbolehkan yaitu 18-50tahun lalu melengkapi dokumen yang dibutuhkan seperti Paspor asli, fotokopi KTP, Fotokopi Kartu Keluarga dan buku suntuk meningitis dapat dikirimkan secara digital ataupun mengirimkan berkas kepada kami.
Nantinya, calon jamaah tinggal menunggu proses administrasi selesai. Kemudian mengambil perlengkapan umroh seperti koper-ihram dan lain sebagainya.
Untuk manasik jamaah juga akan mendapatkan, hanya bisa saja dilakukan secara virtual maupun offline satu hal yang membedakan antara Umroh New Normal adalah adanya prosedur, yakni test Swab PCR sebelum berangkat dan karantina terlebih dahulu di hotel yang telah ditentukan.
Test Swab dan karantina
Tes dilakukan di hotel dengan tujuan agar calon jamaah dapat mengisolasi diri di hotel sebelum berangkat keesokan harinya. Dengan demikian, potensi mereka terpapar virus setelah tes pun semakin kecil. Setelah hasil tes Swab dinyatakan negatif, calon jamaah dapat melanjutkan perjalanan ke Bandara Internasional Soekarno Hatta.Sementara bagi jamaah yang hasil tes SWABnya positif, akan dilakukan penanganan tersendiri.
Setibanya di tanah suci, jamaah umroh akan menjalani tes usap dan karantina selama tiga hari di hotel. Hasil tes ini didapatkan keesokan harinya. Jika hasilnya negatif, jamaah bisa langsung melakukan ibadah umroh dengan ketentuan yang berlaku di era new normal.
“Kalau untuk yang positif ketika di Saudi, mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab kementerian kesehatan yang ditugaskan pemerintah sana dan wajib isolasi sepuluh hari. Setelah itu di swab lagi, kalau hasilnya positif (karantina) dilanjutkan, kalau hasilnya negatif akan di-reschedule,” kata Ustaz Roy kepada HHWT dalam wawancara via Whatsapp pada Minggu (17/11) lalu.
Pelaksanaan ibadah umroh pun berbeda di era new normal ini. Menurut Pak Her Subrabu, para jamaah Indonesia hanya menghabiskan waktu tiga jam untuk ibadah umroh bahkan bisa lebih cepat dari itu.
“Hanya tiga jam saja kita berada di area masjid, mulai dari thawaf, itu pun dibatasi dengan social distancing. Kemudian kita berdoa, zamzam juga dibagikan dengan kemasan khusus,” ungkapnya.
Satu hal yang paling terasa bagi jamaah Indonesia adalah proses karantina selama di hotel, terutama soal makanan. Karenanya, Bapak Her Suprabu menyarankan bagi para calon jamaah umroh di era new normal untuk membekali diri dengan makanan kering yang sesuai dengan lidah masing-masing.
“Rendang, bawang goreng, atau apapun. Karena masa karantina itu kita tiga hari kita tidak boleh makan di restoran, melainkan hanya berdiam diri di kamar,” kenangnya.
Umroh di era new normal adalah sebuah pengalaman yang berbeda. Namun apapun kondisinya, menjadi tamu Allah Subhana wata’ala adalah sebuah kehormatan yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang dapat berumroh di Era New Normal ini.